Wahai Suami-Istri, Berbicaralah dengan Hati
Ingatlah, pasangan kita adalah anugerah-Nya. Bersamanya kita akan bahagia hingga ke surga atau sebaliknya. KEHIDUPAN keluarga adal...
http://bmhsda.blogspot.com/2015/01/wahai-suami-istri-berbicaralah-dengan.html
Ingatlah, pasangan kita adalah anugerah-Nya. Bersamanya kita akan bahagia hingga ke surga atau sebaliknya.
KEHIDUPAN keluarga adalah miniatur dari kehidupan masyarakat. Namun, di dalam keluargalah segala aturan syariat bisa diamalkan. Mulai dari yang sederhana, seperti memberi senyum, berprasangka baik, hingga yang paling kompleks, komunikasi hingga kepemimpinan.
Seringkali karena kesibukan, pekerjaan atau bahkan mungkin anak-anak, suami istri mengalami kendala komunikasi, sehingga saling menuntut perhatian. Bahkan ketika perhatian yang diharapkan tak kunjung datang, masing-masing mengambil kesimpulan keegoan, yang ditunjukkan dengan sikap diam dan tak mau memulai komunikasi.
Peristiwa semacam itu, setiap keluarga hampir pasti pernah mengalaminya. Akan tetapi, pernahkah kita berpikir bahwa cara-cara yang demikian itu tidak diajarkan oleh Nabi yang kita cintai? Dan, apakah kita berpikir langkah-langkah itu akan mendatangkan kebaikan dunia akhirat? Tentu tidak!
Dengan demikian, penting bagi setiap pasangan, yakni suami istri untuk terus berupaya membaikkan rumah tangganya dengan komunikasi yang baik. Berbicaralah, karena semua akan jelas dengan saling berbicara dan mendengarkan.
Perlahan dan Jelas
Berbicara yang seperti apa? Tentu seperti Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam melakukannya.
Seperti diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, “Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud).
Suami dan istri harus sama-sama punya niat yang sama untuk mengamalkan tauladan Rasulullah ini. Berbicaralah dengan perlahan dan jelas. Jangan terburu-buru, sehingga apa yang diucapkan menjadi tidak jelas didengar oleh pasangan. Sebab, tidak sedikit pertengkaran terjadi karena salah paham yang bermula dari pembicaraan yang tidak jelas.
“Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehing- ga mudah dipahami oleh orang yang mendengar-kannya.” (HR. Abu Dawud).
Bahkan, jika ada suatu pembicaraan yang bersifat sangat penting, tidak mengapa diulang sampai tiga kali. Tetapi, dengan catatan, perkara tersebut memang bersifat sangat penting agar tidak terjadi salah paham.
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Rasulullah sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami.” (HR. Al-Bukhari).
Betapa indah, jika suami istri bisa mengamalkan tauladan mulia ini. Jika itu terjadi, maka sungguh kebahagiaan rumah tangga akan semakin sempurna.
Berbicara yang Baik
Kadangkala, karena lelah, seorang suami atau mungkin juga seorang istri tidak mampu mengendalikan diri, sehingga keluar kata-kata yang tidak seharusnya. Hal ini tentu sangat tidak baik dan bisa menimbulkan pertengkaran berkelanjutan. Lebih-lebih jika salah satu pihak termasuk orang yang suka mengungkit-ungkit kesalahan.
Kaitannya dengan hal ini Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari-Muslim).
Meskipun hadits ini bersifat umum, jika diamalkan dengan baik akan sangat bermanfaat bagi kehidupan keluarga.
Lihatlah bagaimana Rasulullah tidak memanggil istri-istrinya kecuali dengan panggilan yang baik lagi indah.
Terhadap Sayyidah Aisyah Rasulullah tidak memanggil nama, melainkan dengan panggilan mesra yakni “Ya Khumairah” (yang kemerah-merahan). Jika soal panggilan saja Rasulullah memilih yang terbaik, mengapa terhadap suami atau istri kita sendiri kita enggan melakukannya?
Jadi, jauhilah keinginan untuk berbicara yang tidak baik, terutama terhadap pasangan sendiri. Apalagi, sampai bercerita kemana-mana soal keburukan pasangan kita, ini benar-benar tidak perlu dilakukan. Jangan sampai dengan orang lain, rekan kerja kita bisa berbicara baik. Tetapi terhadap istri atau suami, justru tidak diperhatikan, na’udzubillah.
Sebaik-baik Manusia
Jika kita bisa mengamalkan ajaran Nabi, dalam konteks berbicara saja, terutama di dalam berumah tangga, sungguh langkah kita untuk menjadi manusia yang baik, bahkan sebaik-baik manusia akan semakin terbuka.
Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (HR: Tirmidzi).
Dengan demikian, mari kita biasakan diri berbicara dengan hati. Ingatlah, pasangan kita adalah anugerah-Nya. Bersamanya kita akan bahagia hingga ke surga atau sebaliknya. Oleh karena itu, adalah suatu kebaikan jika suami istri senantiasa memperhatikan kualitas komunikasinya terhadap sesama. Apakah lebih banyak berbicara dengan hati atau emosi?
(hidayatullah.com)
BMH Sidoarjo
Rekening infaq a / n Baitul Maal Hidayatullah :
BNI: 0-171-089-937
BCA Syariah: 0-160-030-000
Mandiri Syariah: 7-042-955-293
Connect Us