Loading...

Masyarakat Berdaya di Pakowa Bunta, Ekonomi Menggeliat, Dakwah Meningkat

LUWUK BANGGAI. Hujan baru saja mengguyur sore itu. Jalanan tampak becek. Jalan yang berlubang membuat perjalanan ke lokasi semakin menantang. Mobil yang mengangkut tim pendayagunaan BMH pun terguncang-guncang menyusuri jalanan.

Sepanjang perjalanan, nampak pohon kelapa berjejer rapi. Jalan yang menyusuri pantai Luwuk seolah dipagari batang-batang pohon kelapa yang melambai diterpa angin. Ombak pun tidak begitu kencang sore itu, nampak tenang dan bersahabat mengiringi laju kendaraan.

Kami dengan rombongan menempuh jarak 165 kilometer dari pusat kota Luwuk Banggai. Dengan kondisi jalan yang berlubang, jarak itu bisa ditempuh dalam waktu 5 jam, dengan kecepatan rata-rata 60 Km/jam.

Kami dijemput langsung oleh Bapak M. Nur, salah seorang warga dan Yusran Yauma, dai Hidayatullah yang ditempatkan untuk berdakwah di Luwuk Banggai. BMH akan melakukan program pemberdayaan di desa Pakowa Bunta, Kecamatan Nuhon, Luwuk Banggai, bekerjasama dengan PermataBank Syariah dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).

Setelah singgah menunaikan sholat zhuhur, kami segera meluncur ke lokasi pemberdayaan, yakni desa Pakowa Bunta. Ikut bergabung menemani kami, ustadz Raihan, dai yang dengan ikhlas berdakwah hingga pelosok Luwuk Banggai.

Cukup menarik pengalaman dakwah yang disampaikan oleh ustadz Raihan. Ia sudah dua tahun membina masyarakat di desa Toima, yang berjarak 100 km dari Luwuk Banggai. “Setiap dua kali sebulan saya harus memberikan pengajian bagi masyarakat desa Toima,” ujar ustadz Raihan.

Ternyata, selama dua tahun ia harus berdakwah dengan menggunakan sepeda motor. “Kurang lebih empat jam saya tempuh perjalanan dari Luwuk ke desa Toima,” tambahnya.

Ia membina ibu-ibu majelis taklim, TPA, dan mengajar bapak-bapak yang ingin belajar mengaji. Tak ada rasa lelah ia membina masyarakat di Toima. “Inilah jalan dakwah yang menjadi jihad kami,” ujarnya.

Mobil terus melaju. Pak M. Nur pun membuka cerita tentang potensi dari desa Pakowa bunta. Ia mengatakan potensi desa Pakowa Bunta cukup bagus. Apalagi setelah dipimpin Joko Silama, seorang kepala desa visioner yang merubah desa Pakowa Bunta menjadi desa pemberdayaan.

“Daerah Luwuk ini banyak sekali komoditi kelapa, dan itu semua bisa diolah,” ujarnya. Ia menceritakan bagaimana proses pengolahan arang tempurung kelapa yang itu bisa menjadi kegiatan home industry bagi ibu-ibu desa Pakowa Bunta. “Ibu-ibu bisa diberdayakan untuk membuat arang tempurung kelapa, dan dari sisi ekonomi itu sangat bagus,” tambahnya.

Kira-kira pukul 20.00 wita, kami tiba di rumah Pak M. Nur. Segera ia menghubungi kepala desa dan tokoh masyarakat desa Pakowa Bunta. Tak berselang lama, kepala desa, Joko Silama bergabung dengan kami.

Sebagai perkenalan kami menjelaskan program pemberdayaan yang akan dilakukan oleh BMH bekerjasama dengan PermataBank Syariah dan IWAPI. Mas Joko merespon dengan antusias program tersebut. Ia pun menjelaskan kondisi desa dan rencana pemberdayaannya. Cerita pun mengalir. Sangat lugas ia menggambarkan bagaimana kondisi dan potensi desa Pakowa Bunta.

Baru tiga tahun ia diamanahi warga untuk menjadi kepala desa, tapi gebrakannya dalam hal pemberdayaan sangat luar biasa. Ia membuat cluster sesuai dengan aktivitas warganya. Bagi yang terbiasa bekerja di empang (tambak) ia buatkan pemberdayaan budidaya air tawar. Tidak tanggung-tanggung, ia siapkan lahan seluas 15 hektar untuk program budidaya ikan air tawar. Dan itu berjalan dengan baik. Ada 64 KK tinggal di atas kolam tersebut untuk mengolah empang.

Selain itu, bagi warganya yang bertani ia juga berdayakan dengan peternakan sapi. Awalnya ia mendapat pemberdayaan dari pemerintah 20 ekor sapi, setelah berjalan empat tahun, berkembang menjadi 85 ekor.

Mas Joko juga memberdayakan komunitas nelayan ikan tangkap. Ada 11 KK yang berada di pesisir pantai desa Pakowa Bunta, difasilitasi dengan pengadaan kapal motor untuk menangkap ikan. “Saya sudah sangat senang kalau mereka, warga saya berhasil. Kalau banyak ikan tangkapannya, saya tinggal minta ikannya,” ujar Joko sambil tersenyum.

Program Keluarga Permata Idaman yang diinisiasi BMH bekerjasama dengan PermataBank Syariah dan IWAPI akan menyasar kepada pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga. Harapannya, dengan adanya aktivitas ibu-ibu akan mendukung peningkatan ekonomi keluarga.

Ada beberapa program pemberdayaan bagi ibu-ibu desa Pakowa Bunta, seperti program pembuatan arang tempurung kelapa, pembuatan kripik pisang, pembuatan stik tulang ikan, dan pemberdayaan dalam usaha dagang.

Selain itu, dengan program pemberdayaan ini akan meningkatkan aspek pembinaan dan ukhuwah diantara ibu-ibu. Mereka akan dibina oleh dai dalam peningkatan ilmu agama. Sehingga akan seiring sejalan dari segi ekonomi akan ada peningkatan dan dari sisi agama akan muncul kesadaran bahwa kita adalah seorang hamba yang harus beribadah kepada Allah.

“Kalau ekonomi mereka baik, insya Allah nilai-nilai dakwah bisa semakin diterima oleh masyarakat,” ujar Joko meyakinkan. *** (Suwito)

http://www.bmh.or.id/masyarakat-berdaya-di-pakowa-bunta-ekonomi-menggeliat-dakwah-meningkat/
Ekonomi 2405623950635900737
Beranda item

Kontak




Alamat:
Jl. Raya Lingkar Timur, Ruko La Jolla D/38 Kemiri, Sidoarjo.
Telp. (031) 8954 388, (031) 7057 3160
Fax. (031) 8929 106
SMS Center: 0878 5351 8078

BMH Terkini

Blog Archive