Dilatih 4 Hari, 5 Orang Dai Sabet Juara
http://bmhsda.blogspot.com/2014/04/dilatih-4-hari-5-orang-dai-sabet-juara.html
Training (Pelatihan) Kepemimpinan II “Membangun Leadership dan Managerial Skill Leader” yang berlangsung pada Kamis-Ahad (17-20/4/2014) telah usai. Sekjen Pimpinan Pusat Hidayatullah Ir Abu A’la Abdullah menutup acara ini di Masjid Ummul Quraa, Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat.
Acara penutupan ini dirangkai dengan pemberian apresiasi kepada 5 orang “dai juara”. Mereka dinilai yang terbaik dari 60-an dai Indonesia peserta pelatihan gelaran Hidayatullah Training Center (HiTC) ini.
Tampil sebagai Juara I Muhammad Sholeh Usman, dai asal Kalimantan Timur. Menyusul Juara II Dwi Subagio (Sulawesi Utara) dan Juara III Muhammad Sanusi (Papua Barat). Juara Harapan I dan Harapan II masing-masing diraih Syaiful Bahri (Nusa Tenggara Timur) dan Faturrahman (Jogjakarta).
Abu A’la dalam sambutannya mengatakan, pemberian apresiasi tersebut merupakan sesuatu yang lumrah. “Karena kita bukan makhluk halus, (tapi) makhluk nyata, memang penilaian yang zohir (jelas. Red) dibutuhkan,” ujarnya.
Baginya, penilaian ini mengandung filosofi tersendiri. Misalnya, para peserta pelatihan yang tidak juara tidak bisa memprotes. Mereka harus ikhlas menerima keputusan dewan penilai, sebab posisi mereka sebagai “makmum”.
Begitu pula, tambah Abu A’la, ketika para dai kembali ke daerah. Saat jadi imam, merekalah yang menilai para jamaah (makmum). Namun, sistem penilaian tidak boleh menuruti selera masing-masing individu. Harus ada standar penilaiannya.
“Sebenarnya kalau mau lebih sempurna semuanya saling menilai,” ujarnya dari atas mimbar.
Abu A’la berharap, para dai tersebut mampu memahami dan mengamalkan materi-materi pelatihan secara baik. Sehingga, saat mereka kembali ke tempat tugas di daerah atau wilayah masing-masing, bisa menjadi contoh bagi umat.
“Kita semuanya posisinya sama. Menjadi makmum dan juga menjadi pemimpin. Pada saat menjadi makmum dinilai oleh pemimpinnya. Sebaliknya, saat menjadi pemimpin dinilai oleh makmumnya,” ujarnya.
Memancing Dai untuk Sadar
Direktur HiTC Ir Khairil Baits mengatakan, para dai Indonesia diharapkan memiliki kesadaran akan beratnya beban yang mereka emban.
Untuk memunculkan itu, katanya, “Tidak ada jalan lain kecuali kita melakukan upgrading.”
Meski demikian, menurut Khairil, pelatihan tersebut tidak serta merta menyelesaikan masalah di medan dakwah. Namun, pelatihan ini sebagai pancingan atau motivasi bagi para dai untuk selalu meningkatkan kualitas diri masing-masing.
“Agar tidak berhenti untuk meng-upgrade dirinya, dan memotivasi kawan-kawan (dai) di daerah,” pesannya.
Panitia penjuri, Ir Ahkam Sumadiana mengatakan, penilaian ini berdasarkan sejumlah item. Di antaranya yaitu kedisiplinan atau kehadiran peserta selama pelatihan, makalah yang dibuat, laporan kinerja dakwah selama ini, dan tes-tes khusus.
“Mudah-mudahan niat kita dengan penilaian ini disikapi sebagai upaya untuk memotivasi, baik yang disebutkan namanya (para juara. Red) atau yang belum disebutkan namanya, bisa berbuat lebih maksimal lagi dalam perjalanan (dakwah) kita di daerah,” ujar Sekjen HiTC Naspi Arsyad berharap.
Khairil Baits menyampaikan permohonan maaf jika ada kekurangan dalam pelatihan tersebut. Ke depan, jangkauan pelatihan akan diperluas, tak sebatas untuk para dai. Agar pengelolaan dakwah khususnya di Hidayatullah menjadi lebih baik.
“Lebih jauh bagaimana umat semakin mempercayai,” harapnya.
Mengakhiri acara itu, Abu A’la berpesan agar para dai terus menekuni al-Qur’an sebagai pedoman, serta menjaga ibadah wajib dan sunnahnya.
“Juga bekerja dengan prinsip-prinsip manajemen yang rapi, dengan prinsip-prinsip kerja yang bagus,” ujarnya.
“Kita bersyukur pada Allah, training sudah berjalan dengan baik. Kembali(lah) ke tempat tugas dengan lebih semangat. Mari kita tutup dan akhiri training dengan sama-sama membaca alhamdulillah. Allahu Akbar,” pungkasnya diiringi pekikan takbir hadirin.
Para “dai juara” mendapatkan hadiah berupa bingkisan yang disponsori Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Usai acara, mereka dijamu sarapan di kediaman anggota DPD RI asal Sulawesi Selatan Abdul Aziz Kahar.* (Hidcom)
http://www.bmh.or.id/dilatih-4-hari-5-orang-dai-sabet-juara/
Acara penutupan ini dirangkai dengan pemberian apresiasi kepada 5 orang “dai juara”. Mereka dinilai yang terbaik dari 60-an dai Indonesia peserta pelatihan gelaran Hidayatullah Training Center (HiTC) ini.
Tampil sebagai Juara I Muhammad Sholeh Usman, dai asal Kalimantan Timur. Menyusul Juara II Dwi Subagio (Sulawesi Utara) dan Juara III Muhammad Sanusi (Papua Barat). Juara Harapan I dan Harapan II masing-masing diraih Syaiful Bahri (Nusa Tenggara Timur) dan Faturrahman (Jogjakarta).
Abu A’la dalam sambutannya mengatakan, pemberian apresiasi tersebut merupakan sesuatu yang lumrah. “Karena kita bukan makhluk halus, (tapi) makhluk nyata, memang penilaian yang zohir (jelas. Red) dibutuhkan,” ujarnya.
Baginya, penilaian ini mengandung filosofi tersendiri. Misalnya, para peserta pelatihan yang tidak juara tidak bisa memprotes. Mereka harus ikhlas menerima keputusan dewan penilai, sebab posisi mereka sebagai “makmum”.
Begitu pula, tambah Abu A’la, ketika para dai kembali ke daerah. Saat jadi imam, merekalah yang menilai para jamaah (makmum). Namun, sistem penilaian tidak boleh menuruti selera masing-masing individu. Harus ada standar penilaiannya.
“Sebenarnya kalau mau lebih sempurna semuanya saling menilai,” ujarnya dari atas mimbar.
Abu A’la berharap, para dai tersebut mampu memahami dan mengamalkan materi-materi pelatihan secara baik. Sehingga, saat mereka kembali ke tempat tugas di daerah atau wilayah masing-masing, bisa menjadi contoh bagi umat.
“Kita semuanya posisinya sama. Menjadi makmum dan juga menjadi pemimpin. Pada saat menjadi makmum dinilai oleh pemimpinnya. Sebaliknya, saat menjadi pemimpin dinilai oleh makmumnya,” ujarnya.
Memancing Dai untuk Sadar
Direktur HiTC Ir Khairil Baits mengatakan, para dai Indonesia diharapkan memiliki kesadaran akan beratnya beban yang mereka emban.
Untuk memunculkan itu, katanya, “Tidak ada jalan lain kecuali kita melakukan upgrading.”
Meski demikian, menurut Khairil, pelatihan tersebut tidak serta merta menyelesaikan masalah di medan dakwah. Namun, pelatihan ini sebagai pancingan atau motivasi bagi para dai untuk selalu meningkatkan kualitas diri masing-masing.
“Agar tidak berhenti untuk meng-upgrade dirinya, dan memotivasi kawan-kawan (dai) di daerah,” pesannya.
Panitia penjuri, Ir Ahkam Sumadiana mengatakan, penilaian ini berdasarkan sejumlah item. Di antaranya yaitu kedisiplinan atau kehadiran peserta selama pelatihan, makalah yang dibuat, laporan kinerja dakwah selama ini, dan tes-tes khusus.
“Mudah-mudahan niat kita dengan penilaian ini disikapi sebagai upaya untuk memotivasi, baik yang disebutkan namanya (para juara. Red) atau yang belum disebutkan namanya, bisa berbuat lebih maksimal lagi dalam perjalanan (dakwah) kita di daerah,” ujar Sekjen HiTC Naspi Arsyad berharap.
Khairil Baits menyampaikan permohonan maaf jika ada kekurangan dalam pelatihan tersebut. Ke depan, jangkauan pelatihan akan diperluas, tak sebatas untuk para dai. Agar pengelolaan dakwah khususnya di Hidayatullah menjadi lebih baik.
“Lebih jauh bagaimana umat semakin mempercayai,” harapnya.
Mengakhiri acara itu, Abu A’la berpesan agar para dai terus menekuni al-Qur’an sebagai pedoman, serta menjaga ibadah wajib dan sunnahnya.
“Juga bekerja dengan prinsip-prinsip manajemen yang rapi, dengan prinsip-prinsip kerja yang bagus,” ujarnya.
“Kita bersyukur pada Allah, training sudah berjalan dengan baik. Kembali(lah) ke tempat tugas dengan lebih semangat. Mari kita tutup dan akhiri training dengan sama-sama membaca alhamdulillah. Allahu Akbar,” pungkasnya diiringi pekikan takbir hadirin.
Para “dai juara” mendapatkan hadiah berupa bingkisan yang disponsori Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Usai acara, mereka dijamu sarapan di kediaman anggota DPD RI asal Sulawesi Selatan Abdul Aziz Kahar.* (Hidcom)
http://www.bmh.or.id/dilatih-4-hari-5-orang-dai-sabet-juara/
Connect Us